Tumpah meruah tangisnya di pundak
Deru sunyi yang tak terusik
gambarkan ku yang kini kosong
Tertimbun hayal dalam
Dalam sedalam terdalam
Mencakar-cakar isi-isi
Dan kemudian kulepaskan ke permukaan
Agarlah kau
lihat yang selalu kau tutupi;
Menutup
jemari indahmu untuk genggaman
Merunduk jauhi dekap pelukan
yang tak mungkin bisa kuperbaiki
Dan jika kenangan adalah debu,
biar Sang mimpi yang kumpuli
beribu puing dalam tapak sesal
Agar dia kembali
kembali menghampiri dalam hayal dan imaji
Lagi, lagi.
kini kau
menutup langitmu untuk mimpiku
Biarkan aku
terjatuh,
bersama
titik hujan yang mengantar pertemuan kita sore itu
Sore yang lampau, terpaut lampau, dibalik
jembatan runtuh
Kau menutup jendelamu untuk maafku
Biarkan aku terjebak,
dalam sebuah malam penuh petikan kasmaran
yang terlantunkan untukmu seorang
Dan kita pun tahu, awal semai hati ini bersua
Di malam yang
merdu itu
Dan, apakah
bila
Kau kembali
membuka pintu
Kan
kurangkai malam-malam yang penuh dengan tawa mungilmu
kepada
senja yang elok menghangatkan
tanpa ku
hapus sedikitpun titik hujan di pelupuk kenangan.
Karena tak
ada yang sesederhana gurau sore bersama senyum
Dan kembali
bertukar tawa denganmu.